Jumat, 04 Juni 2010

Kebaikan

expr:id='"post-" + data:post.id'> Standar kebaikan adalah Jalan Allah swt, bukan kebiasaan yang dilakukan kebanyakan orang atau opini yang sedang trendy

Kebaikan adalah hal yang ingin di dapat dari seseorang namun susah untuk mengerjakannya. Kebaikan itu dimensinya luas tidak sempit, bukan berarti harus selalu mengalah atau menghindar dari masalah. Standar kebaikan adalah sesuai jalan Allah swt, bukan kebiasaan yang dilakukan kebanyakan orang atau opini yang sedang trendy.

Satu lagi, semua manusia diberi fitrah untuk mengenali kebaikan. Dalam hadist riwayat Ahmad disebutkan : “Kebaikan adalah apa-apa yang tenteram hati padanya, adapun dosa adalah apa-apa yang membuat hati kita ragu-ragu walaupun banyak manusia mendukung dan membenarkanmu”
Semua orang ingin menjalani kebaikan namun bagaimana caranya? apalagi dengan kebaikan dijanjikan balasan kebaikan dari Allah: “ Jazaa’u ihsan Illal Ihsan –tak ada kebaikan kecuali dibalas kebaikan-“ (QS.55:60).

Bekali Diri selalu dengan Niat Baik

Segala tindakan yang diawali dengan niat dapat dikategorikan ibadah. Namun lebih baik lagi bila niat yang kita tanam adalah niat yang baik. Baru keluar dari niat saja sudah Allah hitung satu ibadah apalagi bila menjelma jadi tindakan yang baik maka pahalanya ikut berlipat. Kebalikannya dengan niat buruk, Allah Yang Maha Pemurah tidak mencatat niat tersebut sebagai dosa sebelum niat tersebut terlaksana, Subhanallah.

Menghias Diri dengan Prasangka Baik

Prasangka Baik dalam Islam disebut Husnuzon. Betapa damainya orang yang menghias hidupnya dengan prasangka baik. Bisa dipastikan orang yang senantiasa berhusnuzon adalah orang yang cinta damai.

Fisik terlebih jiwanya tidak pernah lelah, lelah dari terus menerus menjelek-jelekkan orang sehingga banyak waktu terbuang percuma. Padahal dengan waktu yang sama bisa dipakai untuk beribadah kepada Allah swt. Berprasangka baik lahir dari selalu memuliakan orang dan tidak menganggap remeh seseorang.

“Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena berprasangka buruk itu sedusta-dusta pembicaraan (yakni jauhkan dirimu dari menuduh seseorang berdasarkan sangkaan saja)”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Memilih untuk Berkata Baik.

Orang yang senantiasa berkata baik biasanya orangnya teliti. Bagaimana tidak?! Ia selalu memilih kata-katanya sebelum diucapkan, kadang menahannya bila ternyata akan menyakiti lawan bicara. Orang dengan perkataan baik juga jarang mengeluarkan kata-kata yang sia-sia.

Bahkan bila ia mengamalkan ajaran Islam dimana terdapat ayat yang mengatur kehidupan sosial sampai detil ke urusan suara maka ia akan menggunakan intonasi yang halus dan bersuara rendah namun tepat.

“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” [Luqman (31):19]

Aktualisasi diri lewat Tindakan Kebaikan

Bila semua tahapan diatas sudah dilalui maka tindakan implementasi selanjutnya pastilah tindakan kebaikan. Karena percuma saja mempraktekkan ketiga langkah diatas bila kemudian tindakan yang keluar adalah keburukan. Manusia terlebih lagi Allah akan mencela orang yang hanya membatasi diri dengan berkata baik namun tidak diikuti dengan tindakan kebaikan. Semoga kita tidak termasuk orang yang demikian sehingga julukan ‘No Action Talk Only’ tidak melekat pada nama kita.

Langkah diatas memang ditujukan untuk melatih diri, namun ternyata ada hal yang lebih besar lagi nilai dan dampaknya yaitu Ridho Allah. Wajib kita memohon perlindungan Allah dari segala hal yang mendatangkan keburukan.

Penuhi lisan kita dengan doa-doa kepada Allah, Dia akan merealisasikan segala kebaikan yang kita rencanakan dan luar biasa lagi kebaikan tersebut bermanivestasi baik bagi kehidupan kita di dunia sampai nanti juga di Akhirat.

Wallahu ‘Alam bish shawaab

Tidak ada komentar: